Friday, November 25, 2011

Hukuman Mati atau Bunjeee?

Pada suatu hari, dua orang peneliti laki laki dari Amerika memasuki hutan di Afrika demi penelitiannya. Nasib buruk menghampiri, mereka ditangkap oleh pasukan suku primitif yang menguasai hutan tersebut. kedua peneliti itu diarak menghadap kepala suku. Kebetulan kepala sukunya pernah kuliah dan mendapatkan gelar Doktor di Harvard University dan kepala suku tersebut merasa berhutang budi kepada Amerika sehingga kepala suku memutuskan untuk memberi pilihan hukuman karena memasuki hutan mereka tanpa izin.

Untuk kesempatan pertama, peneliti pertama ditanya, "Anda memilih hukuman mati atau Bunjeee (baca: bunjiii)"? Si peneliti berpikir keras, bathinnya, "Apakah ada hukuman yang lebih parah dari hukuman mati"? Akhirnya dia menjawab dengan tegas, "Baiklah", "Saya yakin tidak ada hukuman yang lebih parah daripada hukuman mati, saya pilih Bunjee"!. Kemudian sang kepala suku berkata, "Baiklah", "Anda sudah memilih". kemudian sang kepala suku berteriak dalam bahasa mereka dan dengan segera hadirlah 100 laki laki kekar yang rupanya adalah paspamkasuk (Pasukan Pengamanan Kepala Suku). Kemudian si peneliti diseret ke tengah lapangan dan satu demi satu anggota paspamkasuk mensodominya. Si peneliti menangis memikirkan harga dirinya yang tercabik cabik disodomi oleh 100 paspamkasuk. Setelah itu, kepala suku berkata, "Baiklah", "Anda telah menjalani hukuman", "silahkan Anda meninggalkan hutan kami", "keamanan Anda terjamin hingga bandara terdekat". menangis meraung raung sambil menahan perih di lokasi yang disodomi para paspamkasuk, si peneliti pertama meninggalkan hutan tersebut.

Kepala suku berpaling ke peneliti kedua dan menanyakan hal yang sama, "Hukuman mati atau Bunjeee"? Si peneliti kedua berpikir keras dan tidak rela mendapatkan nasib yang sama dengan peneliti pertama. Dia berpikir bahwa lebih baik mati daripada kehilangan harga diri seperti kawannya. "Aku pilih mati"! serunya. "Lebih baik mati daripada hidup menanggung hina". kepala suku bertanya, "Apakah Anda sudah pikir baik baik"? "Coba pikirkan sekali lagi"! Kemudian si peneliti menjawab, "Saya sudah yakin"! Kepala suku mencoba merubah keputusan si peneliti karena sebenarnya dia mengharapkan supaya dia bisa membebaskan si peneliti, katanya, "Pikirkan lagi anak istrimu yang menunggu di rumah". Jawab si peneliti, "Lebih baik mati berkalang tanah daripada hidup terhina", "Aku yakin anak istriku setuju dengan prinsipku ini". Melihat bahwa sudah tidak mungkin merubah keputusan si peneliti, akhirnya Sang kepala suku menyerah. Kemudian berseru kepada rakyatnya dalam bahasa suku tersebut yang kira kira terjemahannya adalah sebagai berikut, "yang bersangkutan telah memilih hukuman mati dan dengan ini saya nyatakan bahwa yang bersangkutan akan dihukum mati", setelah terhenti selama 5 detik, kepala suku menyambung kalimatnya, "dengan cara BUNJEEE"! Rakyatnya bersorak gembira, "Bunjeee sampai mati", "Bunjeee sampai mati".

Mudah mudahan bisa sedikit menghibur ya, he he he ......

Monday, November 21, 2011

Anjing yang Setia

Dikisahkan, di sebuah dusun tinggallah keluarga petani yang memiliki seorang anak masih bayi. Keluarga itu memelihara seekor anjing yang dipelihara sejak masih kecil. Anjing itu pandai, setia, dan rajin membantu si petani. Dia bisa menjaga rumah bila majikannya pergi, mengusir burung-burung di sawah dan menangkap tikus yang berkeliaran di sekitar rumah mereka. Si petani dan istrinya sangat menyayangi anjing tersebut.

Suatu hari, si petani harus menjual hasil panennya ke kota. Karena beban berat yang harus di bawanya, dia meminta istrinya ikut serta untuk membantu, agar secepatnya menyelesaikan penjualan dan sesegera mungkin pulang ke rumah. Si bayi di tinggal tertidur lelap di ayunan dan dipercayakan di bawah penjagaan anjing mereka.

Menjelang malam setiba di dekat rumah, si anjing berlari menyongsong kedatangan majikannya dengan menyalak keras berulang-ulang, melompat-lompat dan berputar-putar, tidak seperti biasanya. Suami istri itu pun heran dan merasa tidak tenang menyaksikan ulah si anjing yang tidak biasa. Dan Betapa kagetnya mereka, setelah berhasil menenangkan anjingnya. Astaga, ternyata moncong si anjing berlumuran darah segar. “Lihat pak, moncong anjing kita berlumuran darah", "pasti telah terjadi sesuatu pada anak kita!” teriak si ibu histeris, ketakutan, dan mulai terisak menangis.“Ha, benar", "Kurang ajar kau anjing"! "Kau apakan anakku?" Pasti telah kau makan!” si petani ikut berteriak panik.

Dengan penuh kemarahan, si petani spontan meraih sebuah kayu dan secepat kilat memukuli si anjing itu dan mengenai bagian kepalanya. Anjing itu terdiam sejenak. Tak lama dia menggelepar kesakitan, memekik perlahan dan dari matanya tampak tetesan airmata, sebelum kemudian ia terdiam untuk selamanya.

Bergegas kedua suami istri itu pun berlari masuk ke dalam rumah. Begitu tiba di kamar, tampak anak mereka masih tertidur lelap di ayunan dengan damai. Sedangkan di bawah ayunan tergeletak bangkai seekor ular besar dengan darah berceceran bekas gigitan.

Mereka pun segera sadar bahwa darah yang menempel di moncong anjing tadi adalah darah ular yang hendak memangsa anak mereka. Perasaan sesal segera mendera. Kesalahan fatal telah mereka lakukan. Emosi kemarahan yang tidak terkendali telah membunuh anjing setia yg mereka sayangi. Tentu, penyesalan mereka tidak akan membuat anjing kesayangan itu hidup kembali.


Pembaca yang budiman,
Sungguh mengenaskan. Gara-gara emosi dan kemarahan yang membabi buta dari ulah manusia, seekor anjing setia yang telah membantu dan membela majikannya, harus mati secara tragis.

Saya rasa demikian pula di kehidupan ini. Begitu banyak permasalahan, pertikaian, perselisihan bahkan peperangan, muncul dari emosi yang tidak terkontrol. Karena itu, saya sangat setuju dengan kata-kata: ”Jangan mengambil keputusan apapun disaat emosi sedang melanda.” Sebab, bila itu yang dilakukan, bisa fatal akibatnya. Sungguh, kita butuh belajar dan melatih diri agar disaat emosi, kita mampu mengendalikan diri secara sabar dan bijak.

dikutip dari www.andriewongso.com

And This too, Shall Pass !!

Raja Solomo adalah seorg raja yang terkenal dengan kebijaksanaannya. Pada suatu hari, sang raja meminta kepada tukang emasnya yang sudah tua renta untuk menuliskan sesuatu di dalam cincinnya. Raja berpesan: "Tuliskanlah sesuatu yang bisa kamu simpulkan dari seluruh pengalaman dalam perjalanan hidupmu, supaya itupun bisa menjadi pelajaran untuk hidup saya".

Berbulan2 si tukang emas yang tua itu membuat cincinnya, lalu lebih sulitnya menuliskan apa yang penting di cincin emas yang kecil itu. Akhirnya setelah berdoa & berpuasa, si tukang emas itupun menyerahkan cincinnya pada sang raja. Dan dengan tersenyum, sang raja membaca tulisan kecil di cincin itu. Bunyinya,
"DAN YANG INIPUN AKAN BERLALU".

Awalnya Sang Raja tidak terlalu paham dengan apa yang tertulis di sana. sampai suatu ketika, tatkala menghadapi persoalan kerajaan yang pelik dan sangat menguras konsentrasi Sang Raja, kebetulan ia membaca tulisan di cincin itu dan ia pun menjadi lebih tenang, karena Sang Raja telah menyadari makna dari kalimat "Dan Inipun akan berlalu!"

Di kesempatan yang lain, tatkala ia sedang berbangga hati akan kemenangan yang dicapai pasukannya di medan perang, di tengah pesta perayaan kemenangan pasukannya tersebut, ia pun tak sengaja membaca tulisan di cincinitu, lantas ia menyadari kebenaran makna dari kalimat di cincinnya dan kemudian Sang Raja menjadi rendah hati kembali.

Ketika Anda lagi punya masalah besar ataupun sedang lagi kondisi terlalu gembira, ingatlah kalimat itu, "Dan yang inipun akan berlalu". (And this too, shall pass). Kalimat ini, kalau direnungkan dengan bijak akan mengantarkan diri kita padakeseimbangan hidup. Tidak ada satupun yang langgeng. Jadi, ketika Anda punya masalah, tidaklah perlu terlalu bersedih ataupun terlarut dalam kekecewaan. Tetapi tatkala Anda lagi senang, jangan terlalu kelewat senang. Ingatlah bahwa apapun yang Anda hadapi saat ini, semuanya akan berlalu.

Saya ceritakan ulang kutipan cerita yang saya rangkum dari berbagai sumber ini khusus untuk dua dari murid murid terbaikku, Gerry Wino dan Cindy Putri ......

Sunday, November 20, 2011

Kearifan dalam Huruf Mandarin

Banyak dari kita yang telah mengetahui bahwa huruf mandarin adalah huruf yang sarat falsafah, seperti huruf REN untuk MANUSIA yang diwakili oleh karakter 人 akan menjadi DA yang berarti BESAR yang diwakili oleh karakter 大 apabila 人 diberi tangan untuk bekerja, dengan kata lain dapat diartikan bahwa seseorang bisa dianggap dewasa apabila telah mampu bekerja (baca: menghidupi diri sendiri). setelah saya pikirkan, logis pula konsep ini karena kedewasaan tidaklah berhubungan dengan usia, hmm. Kemudian, untuk membedakan MANUSIA BESAR (baca dewasa) antara pria dan wanita, maka diciptakanlah huruf DA yang ditambahkan titik di tengah bawah untuk TAI (baca thai) yang berarti NYONYA atau diwakili oleh karakter 太 太.

Fakta menarik lain yang ingin saya paparkan di sini adalah tentang huruf 夫 dan 天. Sebelumnya, no offence untuk kaum hawa ya. Harap dikaji dari sisi linguistik saja. huruf FU untuk SUAMI atau diwakili oleh karakter 夫 ternyata lebih tinggi (menembus garis horizontal teratas) daripada huruf TIAN untuk LANGIT yang diwakili oleh karakter 天. Bandingkan antara 夫 dan 天. saya meyakini bahwa para arif bijaksana yang menciptakan huruf mandarin telah melihat falsafah ini. SUAMI lebih tinggi dari LANGIT, seyogyanya tanggung jawab yang tinggi (lebih tinggi dari Langit) dari 夫 atau SUAMI mampu diwujudkan dengan kemampuan melindungi istri dan keluarga. Sebagai istri, para wanita bisa mempelajari perbandingan kedua karakter tersebut dan bisa menempatkan diri dengan benar dengan menghormati suami.

Saya paparkan temuan ini dengan harapan bisa memberi sedikit pencerahan dalam kehidupan berkeluarga. Bukankah sering masalah timbul karena kekurangtepatan dalam penempatan diri sehingga banyak kita temukan hal hal yang semestinya tidak pantas terjadi pada hubungan seorang pria dan wanita yang (pernah) saling mencintai seperti masalah KDRT (kekerasan dalam rumah tangga) atau masalah ISTI (ikatan suami takut istri).

Akhir kata, walaupun saya mengaitkan temuan ini pada kehidupan rumah tangga, saya ingatkan sekali lagi bahwa paparan ini saya share dalam konteks linguistik saja. Semoga bermanfaat.

My Blog List